PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PERAN INDONESIA DI ERA GLOBAL MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL BAGI SISWA
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG
PERAN INDONESIA DI ERA GLOBAL MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL BAGI SISWA
ABSTRAK
Tujuan
dari penelitian ini yaitu : 1) Mengembangkan sikap, keterampilan siswa untuk
mampu berfikir obyektif memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara
obyektif dan mandiri; 2) Meningkatkan kepekaan emosi siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri
siswa, dalam penerapan metode inkuiri sosial; 3) Menemukan dan mengembangkan lebih lanjut
instrumen-instrumen pembelajaran yang berkaitan dengan metode inkuiri sosial. Dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) maka subyek yang dipakai adalah siswa SD. Pelaksanaan pada siklus awal masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran IPS, karena kebanyakan
siswa masih menganggap bahwa mata pelajaran IPS membosankan, hanya mencatat,
mendengarkan dan menghafal sehingga motivasi siswa untuk belajar menurun.
Metode pembelajaran yang digunakan pada pelaksanaan siklus II menggunakan
inkuiri sosial. Pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah terlihat keaktifan
dalam pembelajaran yang merupakan segala kegiatan yang melibatkan aktifitas
mental dan fisik. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan 26 %.
Kata
kunci : Peran Indonesia di Era Global,
Metode Inkuiri Sosial.
PENDAHULUAN
Saat
pelaksanaan kegiatan penelitian siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran (IPS), karena kebanyakan
siswa masih menganggap bahwa mata pelajaran IPS membosankan, hanya mencatat,
mendengarkan dan menghafal sehingga motivasi siswa untuk belajar menurun. Saat
pembelajaran mata pelajaran IPS berlangsung guru (peneliti) menjelaskan materi
tentang Peran Indonesia di Era Global tidak ditemukan respon dan antusias siswa
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
Bertitik
tolak pada masalah itulah maka peneliti mencari jalan keluar dari permasalahan
yang ada dengan penggunaan metode inkuiri sosial, sehingga harapannya dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Disamping
itu peneliti juga menunjang keberhasilan prestasi siswa dengan memberikan
tambahan materi diluar jam pelajaran atau les. Penerapan metode pembelajaran
inkuiri sosial diharapkan agar suasana kelas bukan terpusatkan kepada diri
pribadi guru melainkan kepada bahan pelajaran melalui peragaan sehingga dapat
menciptakan suasana yang interaktif.
Dilihat
dari latar belakang dan dari hasil analisis masalah yang terjadi dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD tentang materi Peran
Indonesia di Era Globalisasi melalui metode inkuiri sosial, maka penulis merumuskan
masalah yang akan menjadi fokus dari perbaikan pembelajaran, yaitu “Apakah
hasil belajar siswa tentang materi Peran Indonesia di Era Global dapat
meningkat setelah menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial bagi siswa?”
Berdasarkan
permasalahan yang telah dipaparkan tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian
ini yaitu : 1) Mengembangkan sikap, keterampilan siswa untuk mampu berfikir
obyektif memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara obyektif dan
mandiri; 2) Meningkatkan kepekaan emosi
siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, dalam penerapan metode
inkuiri sosial; 3) Menemukan dan mengembangkan
lebih lanjut instrumen-instrumen pembelajaran yang berkaitan dengan metode
inkuiri sosial.
Setelah peneliti melakukan tindakan
maka diharapkan mendapat pengetahuan baru tentang upaya peningkatan kemampuan
belajar dalam mata pelajaran IPS melalui penggunaan metode inkuiri sosial bagi
siswa. Bila masih ada siswa yang belum tuntas maka
sebagai guru harus segera mungkin memberikan kegiatan remedial dan sebagai guru
juga harus menginstropeksi diri, sehingga pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dapat bermanfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan perpustakaan.
KAJIAN
TEORI
Menurut Robert M Gagne
(1977), belajar merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk
mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif
tetap sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulangkali setiap
menghadapi situasi yang baru.
Gagne
(1985 : 67) dalam Yayat Ibayati
(2008), menyatakan untuk terjadi belajar pada diri peserta didik diperlukan
kondisi belajar, baik kondisi internal maupun eksternal. Kondisi internal
merupakan peningkatan (arising) memori peserta didik sebagai hasil
belajar terdahulu. Memori peserta didik yang terdahulu merupakan komponen
kemampuan yang baru, dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal
meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran.
Menurut Solchan (2008), belajar
layaknya sebuah proses membangun gedung, anak-anak secara terus-menerus
membangun makna baru (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) berdasarkan apa
yang telah siswa kuasai sebelumnya. Belajar adalah sebuah proses penambahan
bagian demi bagian informasi baru terhadap apa yang telah siswa ketahui dan
kuasai sebelumnya. Keberhasilan pembelajaran tidak terletak pada seberapa
banyak materi atau informasi yang disampaikan guru kepada siswa, tidak semua
hal yang disampaikan guru akan diperhatikan dan dipelajari siswa. Ukuran utama
keberhasilan pembelajaran terletak pada seberapa jauh guru dapat melibatkan
siswa secara aktif dalam belajar. Siswa belajar dengan menggunakan 3 cara,
yaitu melalui pengalaman (dengan kegiatan langsung/tidak langsung), pengamatan
(melihat contoh/model), dan bahasa. Dengan cara-cara itu, siswa belajar melalui
kehidupan dengan menggali dan menemukan sesuatu yang baru secara aktif, ini
berarti kegiatan belajar berlangsung melalui apa yang dilakukan secara aktif
oleh siswa. Sesibuk apa pun yang dilakukan guru jika anak tidak belajar maka
sebenarnya pembelajaran tidak pernah terjadi, oleh karena itu tugas guru dalam
pembelajaran adalah melakukan berbagai upaya agar siswa termotivasi dan
terlibat aktif dalam belajar.
Menurut
Nursid Sumaatmadja (2008), IPS sebagai pendidikan bukan hanya semata-mata
membekali anak didik dengan pengetahuan yang membebani siswa, melainkan
membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPS juga berfungsi : 1) Mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan intelektual; 2) Mengembangkan perhatian dan
kepedulian sosial anak didik terhadap kehidupan di masyarakat dan
bermasyarakat; Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna, ketrampilan
sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai
program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata-mata,
melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga masyarakat dan warga
negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama dalam arti yang
seluas-luasnya.
Menurut Andayani (2008), Proses
pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar yang ditandai dengan
perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Proses pembelajaran sebagai proses implementasi kurikulum, menuntut peran guru
untuk mengartikulasikan kurikulum/bahan ajar serta mengembangkan dan
mengimplementasikan program pembelajaran dalam suatu tindakan yang akurat dan
aktual. Proses pembelajaran di sekolah dasar harus bersifat terpadu dengan
perkembangan fisik kognitif, sosial, moral, dan emosional. Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan
sosial semata-mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga
masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan
bersama dalam arti yang seluas-luasnya. Sedangkan menurut Sardjiyo (2008:1.26),
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan
masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau
satu perpaduan.
Menurut Didih Sugandi (2008),
pendidikan dan pengajaran IPS masyarakat sebagai suatu sistem dapat dijadikan
sebagai suatu paket kegiatan pembelajaran. Pengajaran IPS diantaranya bertujuan
untuk mengenalkan para siswa terhadap lingkungannya dalam membentuk warga
negara yang baik. Berkaitan dengan pengenalan siswa terhadap lingkungan maka
kegiatan IPS dapat dimulai dari lingkungan yang terdekat sampai terjauh.
Sebagai ilmu pengetahuan yang menelaah antara hubungan manusia (human relationships) yang mencakup
hubungan individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, serta kelompok
dengan alam maka IPS akan potensial di dalam mengkaji permasalahan yang dapat
muncul dari sebab yang ditimbulkan dalam berbagai hubungan antar manusia.
Menurut Hari
Suderadjat (2004:45), inkuiri (inquiry)
adalah merupakan salah satu dari model pembelajaran kontekstual yang menekankan
proses pembelajaran didasarkan pada pencarian sendiri dan penemuan melalui
proses berpikir secara sistematis.
Dalam pelaksanaan metode mengajar inkuiri sosial siswa diatur dalam bentuk
struktur sosial. Siswa akan membentuk sistem sosial yang berubah dan bergerak
dari tahap yang satu ke tahap berikutnya. Siswa berusaha menemukan jawaban
sendiri atas masalahnya. Inkuiri adalah salah satu cara belajar yang bersifat
mencari sesuatu secara kritis, analitis, argumental (ilmiah) dengan menggunakan
langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena
didukung oleh data. Metode inkuiri sosial berangkat dari kenyataan bahwa siswa
sering menghadapi masalah-masalah sosial. Fungsi sekolah selain memecahkan
masalah sosial juga memelihara dan menjaga nilai-nilai sosial. Metode inkuiri sosial perlu dikembangkan
mengingat proses-proses sosial akan dialami oleh anak didik sehingga kegiatan
belajar mengajar harus membantu anak didik untuk mengembangkan kemampuan
hubungan dengan masyarakat dan mampu mengadakan hubungan antar pribadi. Terdapat
3 ciri pokok metode inkuiri sosial sebagai berikut : 1) Adanya aspek-aspek
sosial dalam kelas yang dapat menumbuhkan terciptanya suasana diskusi; 2) Adanya
penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah; 3) Adanya fakta-fakta
sebagai bahan pembuktian hipotesis. Ketika proses inkuiri sosial berlangsung
guru harus berperan sebagai pembimbing. Dalam membimbing siswa, guru janganlah
sebagai pemberi perintah akan tetapi guru sebagai motivator dan reflektor.
Kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai pembimbing adalah sebagai berikut :
1) Memberikan bantuan kepada siswa dalam menjelaskan kedudukan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar; 2) Memberikan penjelasan tentang cara-cara belajar
yang harus dilakukan siswa; 3) Memberikan penjelasan tentang cara-cara menyusun
rencana kegiatan yang akan dilakukan; 4) Membantu siswa dalam merumuskan setiap
istilah yang ada pada hipotesis; 5) Membantu siswa dalam memilih dan menyusun
asumsi-asumsi yang akan digunakan serta cara diskusi dan berfikir efektif dan
objektif.
Menurut
Suchman dalam B. Joyce and M. Weil
(1964), istilah inkuiri dalam pembelajaran yaitu sebagai pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran, dan cara belajar. Inkuiri sebagai suatu cara
belajar atau penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis,
analitis-argumentatif dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu
kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh fakta, data, atau argumentasi.
Kegiatan pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan pada setiap jenjang
pendidikan. Namun demikian, guru harus memiliki kepekaan terhadap tingkat
kemampua siswa. Siswa pada setiap jenjang pendidikan memiliki tingkat
perkembangan yang berbeda sehingga masalah yang diajukan dalam pembelajaran
inkuiri harus disesuaikan dengan tingkat intelektual siswa, baik tingkat
kesulitannya maupun keluasannya. Pembelajaran inkuiri ini dapat dimulai dari
mengajukan pertanyaan yang sifatnya mengandung permasalahan, atau dengan kata
lain yang bersifat inkuiri.
Oemar
Hamalik (2003), menjelaskan, asumsi-asumsi
yang mendasari metode inkuiri adalah sebagai berikut : 1) Keterampilan
berpikir kritis dan berpikir dedukatif sangat diperlukan pada waktu
mengumpulkan evidensi yang dihubungkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan
oleh kelompok; 2) Keuntungan para siswa dari pengalaman-pengalaman kelompok di
mana mereka berkomunikasi, berbagai tanggung jawab dan bersama-sama mencari
pengetahuan; 3) Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam semangat berbagi
inquri menambah motivasi dan memajukan partisipasi aktif. Adapun
syarat-syarat penerapan metode inkuiri adalah : 1) Merumuskan topik inkuiri dengan jelas dan bermanfaat bagi
siswa; 2) Membentuk
kelompok yang seimbang, baik akademik maupun sosial; 3) Menjelaskan tugas dan
menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsif dan
tepat waktunya; 4) Sekali-kali
perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antar pribadi yang sehat dan
demi kemajuan tugas; 5) Melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap
kemajuan kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai.
Menurut
Karli Hilda (2002), menjelaskan pembelajaran inkuiri dengan suatu peristiwa
yang menimbulkan teka-teki kepada siswa. Hal ini dilakukan guru agar siswa
termotivasi untuk mencari pemecahannya. Pada hakikatnya pembelajaran inkuiri
berangkat dari suatu peristiwa yang mendorong siswa untuk mengetahuinya lebih
detail yang berupa masalah/suatu objek. Kelebihan Metode Inkuiri : 1) Siswa
aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir sebab ia berfikir dan
menggunakan kemampuan untuk hasil akhir; 2) Perkembangan cara berfikir ilmiah,
seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan/memperoses
keterangan dengan metode inkuiri dapat dikembangkan seluas-luasnya; 3) Dapat
melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan
pendidikan demokrasi. Kelemahan metode inkuiri : 1) Belajar mengajar
dengan metode inkuiri memerlukan kecerdasarn anak yang tinggi. Bila anak kurang
cerdas, hasilnya kurang efektif; 2) Metode inkuri kurang cocok pada anak yang
usianya terlalu muda.
Pada
skema pelaksanaan penelitian tindakan kelas berdasarkan kerangka berfikir,
untuk memberikan pedoman tahapan pembelajaran yang diserap siswa dengan
langkah-langkah antara lain : Siklus Awal : selama pelaksanaan proses ulangan
pembelajaran IPS berlangsung selama 3 kali tetapi perolehan hasil belajar siswa
masih di bawah KKM. Siswa masih terlihat kurang
antusias dan merasa bosan/jemu dikarenakan guru (peneliti) hanya menerangkan di
depan kelas sedangkan siswa duduk terdiam untuk mendengarkan sehingga tidak ada
umpan balik antar siswa dengan guru, suasana kelas selama penyampaian pelajaran
terlihat tidak kondusif. Metode yang digunakan adalah ceramah dengan
pembelajaran secara klasikal, sehingga hanya terjadi interaksi satu arah. Pelaksanaan
tindakan pada siklus I dilakukan perubahan kearah yang lebih baik dengan cara
merancang penggunaan metode pembelajaran mata pelajaran IPS di SD dengan penerapan metode inkuiri
sosial, sehingga diharapkan dapat menghidupkan perhatian imajinasi dan
menciptakan suasana kelas yang interaktif antar guru dengan siswa. Tindak
lanjut pada Siklus II menerapkan pemantapan hasil yang dicapai siswa dengan
didukung alat peraga yang memadai sehingga dalam kegiatan pembelajaran dapat
tercapai hasil belajar diatas ketuntasan minimal.
Istilah
globalisasi berkaitan erat dengan “Globe”.Globe adalah tiruan bola
bumi.sehubungan dengan hal tersebut akhirnya muncul istilah
glonalisasi.globalisasi berasal dari kata “global” yaitu artinya meliputi
seluruh dunia atau secara keseluruhan.globalisasi adalah suatu proses yang
menempatkan masyarakat dunia dapat menjangkau satu dengan yang lain atau
terhubung daalam semua aspek kehidupan baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya,
teknologi, maupun lingkungan. Dengan adanya globalisasi dunia yang begitu luas
dan jarak antar negara yang jauh tidak lagi menjadi penghalang untuk saling
berhubungan. Kita menjadi warganegara yang saling bergantung kepada warga dunia
lainnya .berbagai peristiwa yang terjadi diberbagai belahan dunia manapun dapat
diketahui dan disaksikan dengan mudah dibelahan dunia yang lain; sebagai contoh
perhelatan pertandingan Olimpiade 2012 yang dilakssanakan di London,Inggris.dapat disaksikan langsung oleh pecinta
olahraga di seluruh dunia melalui siaran langsung di televisi. Terjadinya
Globalisasi karena di tunjang oleh beberapa faktor berikut : a) Perkembangan
teknologi informasi; b) Perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi; c) Perkembangan
dan kemajuan teknologi transportasi. Sebagai contoh penemuan telepon, pesawat, satelit,
komputer, dan internet memungkin akan orang, barang, dan juga informasi dibawa
dengan cepat keseluruh penjuru dunia. Semua
orang yang ada didunia dapat membaca dan mengetahui berita yang sama, menonton
film yang sama, memakai baju dengan model yang sama, bahkan memakan jenis
makanan yang sama .seperti itulah kurang lebihnya proses globalisasi yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat.
METODE
PENELITIAN
Dalam
penelitian waktu yang dilakukan peneliti adalah selama 4 bulan (Januari-April
2014) pada semester II Tahun pelajaran 2013/2014. Pada bulan Januari dilakukan
peneliti untuk menyusun proposal, pada bulan Februari sampai dengan Maret
peneliti melakukan penyusunan instrumen dan pengumpulan data dengan melakukan
tindakan, siklus kesatu dan kedua dilanjutkan dengan menganalisis data, pada
bulan April digunakan peneliti untuk menyusun laporan hasil penelitian.
Dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka subyek penelitian yang dipakai adalah
siswa SD. Untuk
mendapatkan hasil penelitian, maka data yang diolah adalah : Sumber data primer
diperoleh dengan kolaborasi teman sejawat dan dengan menggunakan metode
pembelajaran IPS dengan penerapan metode inkuiri sosial sehingga hasil
penelitian berupa rata-rata nilai ulangan harian dapat meningkat di atas nilai
KKM yang telah ditetapkan sekolah. Sebagai penunjang keberhasilan dengan
pemanfaatan alat peraga (media) berupa : gambar perkembangan teknologi,
komunikasi, transportasi, gaya hidup dan penampilan. Sumber data sekunder yang
diperoleh dengan cara studi pustaka, yaitu melalui litelatur dari buku, karya
tulis ilmiah dan jurnal penelitian yang kemudian data tersebut diolah secara
diskriptif.
Teknik
pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diperoleh dengan
menggunakan teknik test berupa test tertulis dan non test berupa teknik
pengamatan. Test tertulis berupa pengumpulan data dengan cara menjawab soal
yang berhubungan dengan materi tentang Peran Indonesia di Era Global serta
siswa dapat menjelaskan dampak positif dan negatif dari adanya peran
globalisasi di Indonesia, sedangkan non test berupa teknik pengamatan langsung
dengan mengunjungi tempat-tempat perbelanjaan, restoran dan tempat-tempat
hiburan, sehingga siswa dapat menikmati fasilitas-fasilitas yang tersedia
dengan peralatan canggih dan memadai.
Teknik
Pengumpulan Data meliputi : 1) Tes : dimulai dengan pelaksanaan tes awal untuk
mengukur dan mengetahui sejauh mana bahan pelajaran dan materi tentang peran
Indonesia di era global yang akan dipelajari sudah dikuasai oleh siswa) Observasi : dengan menemui siswa yang mengalami
kesulitan menjawab soal saat ulangan harian IPS berlangsung, dari hasil
observasi ini secara individual maka peneliti dengan berkolaborasi dengan guru
kelas IV dan V untuk memberikan bimbingan secara interaktif, sehingga siswa
dapat termotivasi belajar demi memperoleh nilai rata-rata ulangan harian ideal.
Observasi dilakukan jika data yang diperoleh kurang merefleksikan informasi
yang diinginkan dan format observasi hendaknya menuntut sedikit mungkin
pencatatan dari pengamat. 3) Wawancara : wawancara terbatas sebagai penunjang
bentuk penilaian alternatif. Fungsi pedoman wawancara adalah memberikan
tuntunan dalam mengkomunikasikan secara langsung pertanyaan-pertanyaan terhadap
responden (siswa SD). 4) Lembar observasi : Peneliti
secara obyektif memilih dengan cepat dan memberi tanda check list pada lembar
observasi dengan tujuan untuk merefleksikan perilaku tanpa diketahui oleh
responden (siswa) yang bersangkutan.
Analisis
data yang digunakan adalah deskriptif komperatif artinya membandingkan hasil
belajar siklus awal dengan siklus I, siklus I dengan siklus II, siklus awal
dengan siklus I dan siklus akhir yang dilanjutkan dengan refleksi. Analisis data peneliti lakukan secara
deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil
belajar siswa.
Peneliti
menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial pada pelajaran IPS dengan alasan
: 1) Adanya penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah dan
fakta-fakta sebagai bahan pembuktian hipotesis; 2) Siswa telah mengenal atau
mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran IPS; 3) Yang
dianjurkan berupa keterampilan komunikasi antar pribadi, sikap, pemecahan
masalah, dan pengambilan keputusan; 4) Guru mempunyai keterampilan mendengarkan
yang baik, fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan, serta sabar; 5) Waktu
yang tersedia cukup panjang.
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi
Siklus Awal
Pelaksanaan
pada siklus I masih banyak siswa mengalami kesulitan
dalam mempelajari mata pelajaran IPS, karena kebanyakan siswa masih menganggap
bahwa mata pelajaran IPS membosankan, hanya mencatat, mendengarkan dan
menghafal sehingga motivasi siswa untuk belajar menurun. Saat guru memberikan
pertanyaan pembelajaran pada siswa tentang materi peran Indonesia di era
globalisasi, maka tidak ditemukan respon dan antusias siswa, karena dalam
menyampaikan materi masih klasikal menggunakan metode ceramah.
Bila
dicermati pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini, masih banyak yang
dikelola secara klasikal. Artinya semua peserta didik diperlakukan sama oleh
guru. Pembelajaran klasikal merupakan pembelajaran yang paling disenangi oleh
guru karena cara ini mudah dilaksanakan.
Pengamatan
hasil belajar pada siklus awal selama dilakukan post tes dengan mengerjakan
soal ulangan selama 3 kali untuk mata pelajaran IPS pada siklus I bagi siswa pada semester II Tahun pelajaran 2013/2014, masih
diperoleh hasil kurang memuaskan seperti yang tertera pada tabel 1 berikut ini
:
Tabel
1
Rekapitulasi
Hasil Belajar Siklus Awal
No.
|
Uraian
|
Nilai
|
||
Terendah
|
Tertinggi
|
Rata-rata
|
||
1.
|
Ulangan
Harian 1
|
55
|
65
|
58
|
2.
|
Ulangan
Harian 2
|
60
|
73
|
65
|
3.
|
Ulangan
Harian 3
|
62
|
75
|
69
|
Nilai Rata-rata
|
64
|
Guru (peneliti) mengadakan
refleksi, ternyata kebanyakan siswa di kelas tersebut mengalami sindrom rasa
kurang percaya diri. Masih
diperlukan tindakan untuk meningkatkan hasil refleksi pada siklus Awal, seperti
yang dipaparkan pada tabel 2 sebagai berikut :
Tabel
2
Pembelajaran
Siklus Awal
No
|
Uraian
|
Kondisi Awal
|
Refleksi
|
1.
|
Proses
Pembelajaran
|
Metode pembelajaran
masih menggunakan metode ceramah
|
Diperlukan perubahan
metode pembelajaran
dalam mata pelajaran
IPS
|
2.
|
Hasil
Belajar
|
Nilai Ulangan Harian
Terendah : 55
Tertinggi : 75
Rata-rata : 64
|
Rata-rata hasil
belajar pada siklus I hanya 64 dan itu berarti masih jauh dari harapan
|
Deskripsi Siklus I
Pada
pelaksanaan tindakan siklus I keaktifan siswa mulai terlihat dengan adanya
interaktif komunikasi dua arah antar guru dan siswa yaitu sering bertanya
kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar. Metode pembelajaran
yang digunakan pada pelaksanaan siklus I menggunakan inkuiri sosial. Penerapan
suatu metode pembelajaran perlu mengingat hal-hal : (1) karakteristik mata
pelajaran yang dipelajari; (2) tujuan pembelajaran, atau kompetensi yang hendak
dicapai oleh siswa dalam pembelajaran tersebut; (3) pengetahuan awal siswa; (4)
alokasi waktu yang tersedia; (5) jumlah siswa dan (6) pengalaman atau
keterampilan guru dalam membawakan metode tersebut.
Menurut hemat peneliti, metode inkuiri sosial cocok
untuk diterapkan membelajarkan siswa kelas VI dalam mata pelajaran IPS,
penerapan metode ini akan menambah pengalaman dan keterampilan guru dalam
bidang penerapan metode pembelajaran yang bervariasi. Langkah-langkah berpikir
sistematis dalam metode inkuiri adalah : (1) menemukan dan identifikasi
pertanyaan, (2) penentuan sumber data (3)
pengumpulan data (4) perumusan jawaban pertanyaan.
Dengan melaksanakan metode inkuiri diharapkan siswa
akan dapat (1) menemukan jawab atas pertanyaan secara lebih bermakna, (2)
menimbulkan emosi positif, seperti rasa percaya diri, puas dan bahagia, (3)
menerbitkan sikap positif atas inisiatif sendiri terhadap jawab atas
perrmasalahan. Perolehan
hasil belajar pada siklus I mengalami peningkatan, berikut ini tabel 3 tentang
rekapitulasi hasil belajar pada siklus I :
Tabel
3
Rekapitulasi
Hasil Belajar Siklus I
No.
|
Uraian
|
Nilai
|
||
Terendah
|
Tertinggi
|
Rata-rata
|
||
1.
|
Ulangan
Harian 1
|
70
|
80
|
74
|
2.
|
Ulangan
Harian 2
|
73
|
87
|
78
|
3.
|
Ulangan
Harian 3
|
76
|
90
|
81
|
Nilai Rata-rata
|
78
|
Terjadi
peningkatan pada siklus I yaitu kemampuan berfikir lebih cepat bila
dibandingkan dengan siklus awal, ditinjau data yang diperoleh terdapat
peningkatan seperti yang dijelaskan pada tabel 4, sebagai berikut :
Tabel
4
Pembelajaran
Siklus I
No
|
Uraian
|
Siklus
I
|
Refleksi
|
1.
|
Proses
Pembelajaran
|
Penerapan metode
inkuiri sosial selama proses pembelajaran berlangsung siswa mulai aktif dan
semangat mengikuti pelajaran
|
Ketepatan perbahan
metode pembelajaran
mampu mempengaruhi
hasil perolehan nilai.
|
2.
|
Hasil
Belajar
|
Nilai Ulangan
Harian
Terendah : 70
Tertinggi : 90
Rata-rata : 78
|
Terjadi peningkatan
hasil belajar 14 %
|
Deskripsi
Siklus II
Keberhasilan
pada siklus II hasil belajar siswa dapat melebihi nilai ketuntasan pada mata
pelajaran IPS. Dengan kreativitas guru (peneliti) mampu memilih kata-kata,
kalimat atau ungkapan yang bersifat afirmatif (dapat menggugah dan
menggelorakan semangat belajar tinggi). Guru juga hendaknya memberikan
bimbingan kepada siswa agar mampu memperbaiki kekurangannya atau meningkatkan
penguasaan terhadap materi yang telah disampaikan.Secara lebih lengkap hasil
rata-rata akhir ulangan harian dan pembelajaran pada siklus II dapat dijabarkan,
sebagai berikut :
Tabel
5
Rekapitulasi
Hasil Belajar Siklus II
No.
|
Uraian
|
Nilai
|
||
Terendah
|
Tertinggi
|
Rata-rata
|
||
1.
|
Ulangan
Harian 1
|
80
|
94
|
86
|
2.
|
Ulangan
Harian 2
|
84
|
98
|
90
|
3.
|
Ulangan
Harian 3
|
88
|
100
|
94
|
Nilai Rata-rata
|
90
|
Tabel
6
Pembelajaran
Siklus II
No
|
Uraian
|
Siklus II
(Kondisi Akhir)
|
Refleksi
|
1.
|
Proses Pembelajaran
|
Kegiatan diskusi
kelompok memecahkan masalah atau persoalan kasus perkembangan globalisasi
yang terjadi di Indonesia
|
Antusias siswa dan
Kemampuan berfikir lebih cepat bila dibandingkan siklus I dan siklus II
|
2.
|
Hasil
Belajar
|
Nilai UH
Terendah :80
Tertinggi : 100
Rata-rata : 90
|
Mengalami peningkatan
prestasi nilai rata-rata hingga 26 %
|
Hasil
belajar siswa kelas VI SD Negeri 3 Tanggel
mata pelajaran IPS materi tentang Peran Indonesia di Era Global dari siklus
awal ke siklus II mengalami peningkatan 26 %, untuk lebih jelasnya perolehan
hasil belajar siswa dipaparkan pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel
7
Hasil
Belajar Siswa
Siklus Awal
|
Siklus I
|
Siklus II
(Kondisi Akhir)
|
Refleksi
|
Nilai UH
Terendah : 55
Tertinggi : 75
Rata-rata : 64
|
Nilai UH
Terendah : 70
Tertinggi : 90
Rata-rata : 78
|
Nilai UH
Terendah : 80
Tertinggi : 100
Rata-rata : 90
|
Dari siklus I ke
kondisi akhir mengalami peningkatan 26 %
|
PEMBAHASAN
Bila
dicermati pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini, masih banyak yang
dikelola secara klasikal. Artinya semua peserta didik diperlakukan sama oleh
guru. Pembelajaran klasikal merupakan pembelajaran yang paling disenangi oleh
guru karena cara ini mudah dilaksanakan. Pada pembelajaran klasikal umumnya
komunikasi terjadi searah, yaitu dari guru ke peserta didik, dan hampir tidak
terjadi sebaliknya. Saat guru memberikan pertanyaan pembelajaran pada siswa tentang
materi peran Indonesia di era globalisasi, maka tidak ditemukan respon dan
antusias siswa, karena dalam menyampaikan materi masih klasikal menggunakan
metode ceramah, tanpa diselingi dengan interaktif bercerita sehingga siswa
menjadi bosan.
Pengamatan
hasil belajar pada siklus awal selama dilakukan post tes dengan mengerjakan
soal ulangan selama 3 kali untuk mata pelajaran IPS pada siklus I bagi siswa
kelas VI SD Negeri 3 Tanggel pada semester II Tahun pelajaran 2013/2014, masih
diperoleh hasil kurang memuaskan.
Pelaksanaan
tindakan pada siklus I guru
(peneliti) meminta siswa untuk duduk berpasang-pasangan dengan
teman yang telah ditentukan,
selanjutnya guru (peneliti)
menjelaskan tentang gambar/foto
tentang adanya pengaruh globalisasi bagi kehidupan. Pembentukan tim sebaiknya
dipilih kelompok siswa dengan kemampuan heterogen dengan harapan siswa lebih
dapat bekerjasama antara satu dengan yang lain. Salah satu alternatif
pembentukan tim agar diperoleh kelompok siswa dengan kemampuan heterogen dan
seimbang kemampuannya antara kelompok satu dan lainnya adalah berdasarkan
ranking (nilai) siswa.
Dengan dilaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) keberhasilan
dalam pembelajaran itu ditunjukan oleh siswa, dari siklus awal sampai siklus II mengalami peningkatan
dari mulai hasil nilai, kreatifitas siswa maupun antusias siswa mengikuti
kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah terlihat
keaktifan dalam pembelajaran yang merupakan segala kegiatan yang melibatkan
aktifitas mental dan fisik. Pembelajaran aktif adalah segala bentuk
pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa
dengan guru dalam proses pembelajaran tersebut. Secara psikologi pada Siklus II
siswa lebih percaya diri karena mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru
serta adanya keberanian siswa untuk tampil di depan kelas mempresentasikan
hasil kerjanya.
PENUTUP
Simpulan
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) berlangsung 4 bulan (Januari-April 2014) dan mengalami
perubahan yang menuju peningkatan 26 % yaitu sebelumnya pada siklus awal nilai
rata-rata akhir hanya 64 setelah dilakukan tindakan penelitian dengan
menggunakan metode inkuiri sosial maka pada siklus I nilai rata-rata akhir kelas
terjadi peningkatan yaitu 78 dan hasil akhir pada siklus II setelah dilakukan
pemanfaatan media pembelajaran IPS dalam materi tentang Peran Indonesia di Era
Global, maka berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil rata-rata akhir nilai
ulangan harian menjadi 90.
Mata
pelajaran IPS bagi kelas VI SD Negeri 3 Tanggel pada semester II Tahun
pelajaran 2013/2014 materi tentang Peran Indonesia di Era Global, supaya lebih
menarik dan siswa akan termotivasi mengikuti pelajaran maka ditunjang dengan
pemanfaatan media pembelajaran, serta diberikan les tambahan agar siswa lebih
giat lagi dalam belajar.
Pembelajaran
IPS melalui metode inkuiri social penting dilaksanakan dalam pembelajaran
karena melalui kegiatan pembelajaran maka siswa dilatih disiplin intelektual
dan keterampilan mencari jawaban atas rasa ingin tahu dan merupakan potensi
dasar yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, guru memiliki tugas untuk
mengembangkan potensi tersebut melalui kegiatan pembelajaran, rasa ingin tahu
sebagai potensi siswa dapat teraktualisasikan melalui pertanyaan yang
memotivasi siswa untuk mencari jawabannya. Dengan memahami konsep dasar mata pelajaran IPS dengan benar, siswa dapat
memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari baik sekarang maupun yang akan
datang.
Saran
Kegiatan ini sebaiknya tidak hanya dikembangkan untuk
satu kelas dan satu pokok bahasan saja, tetapi supaya bisa dikembangkan untuk semua kelas dan
semua pokok bahasan.
Faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap penelitian
dapat dikembangkan metode penelitian lebih lanjut. Kepada
guru hendaknya berusaha menciptakan kondisi siswa yang aktif dalam proses
belajar mengajar salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan metode dan media
secara optomal. Selain
itu dalam apersepsi guru harus dapat memotivasi siswa dan dapat mengarahkan
siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Kepada
siswa diharapkan mempunyai motivasi yang timbul dari diri sendiri sehingga
dapat menumbuhkan kemampuan untuk memahami suatu permasalahan dalam mata
pelajaran IPS yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar terutama dalam
pelajaran IPS. Kepada petugas perpustakaan sekolah hendaknya menyebarluaskan
dan mensosialisasikan hasil-hasil penelitian yang disimpan di perpustakaan
kepada guru maupun siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani.
2008. Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta. Penerbit : Universitas Terbuka.
Gagne, Robert M. (1977). The Condition of Learning. New York : Holt Rinehart and Winston.
Goleman.
(1996). Emotional Intelligence.
Jakarta : Gramedia.
Hamalik, Oemar.
2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ibayati., Yayat. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam: SD/MI Kelas VI.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Jerolimek,
J. (1971). Social Studies in Elementary
Education. New York : Macmillan Publishing Company.
Joyce,
B & Weil,M. (1964). Models of
Teaching. New Jersey : Prentice Hall, Inc.
Solchan.
(2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.
Jakarta. Penerbit : Universitas Terbuka.
Suderadjat, Hari. (2004). Implementasi
KBK. Jakarta: Pustaka
Widya Sarana.
Sugandi,
Didih. (2008). Masalah Sosial Budaya
dalam Pengajaran IPS. Jakarta. Penerbit : Universitas Terbuka.
Sumaatmadja,
Nursid. (2008). Konsep Dasar IPS.
Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Yusuf, S.
(1993). Dasar-dasar Pembinaan Kemampuan
Proses Belajar Mengajar. Bandung : Adira.