Skip to main content

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PERAN INDONESIA DI ERA GLOBAL MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL BAGI SISWA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PERAN INDONESIA DI ERA GLOBAL MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL BAGI SISWA


ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1) Mengembangkan sikap, keterampilan siswa untuk mampu berfikir obyektif memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri; 2) Meningkatkan kepekaan emosi siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, dalam penerapan metode inkuiri sosial; 3) Menemukan dan mengembangkan lebih lanjut instrumen-instrumen pembelajaran yang berkaitan dengan metode inkuiri sosial. Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka subyek yang dipakai adalah siswa SD. Pelaksanaan pada siklus awal masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran IPS, karena kebanyakan siswa masih menganggap bahwa mata pelajaran IPS membosankan, hanya mencatat, mendengarkan dan menghafal sehingga motivasi siswa untuk belajar menurun. Metode pembelajaran yang digunakan pada pelaksanaan siklus II menggunakan inkuiri sosial. Pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah terlihat keaktifan dalam pembelajaran yang merupakan segala kegiatan yang melibatkan aktifitas mental dan fisik. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan 26 %.

Kata kunci : Peran Indonesia di Era Global, Metode Inkuiri Sosial.

PENDAHULUAN
Saat pelaksanaan kegiatan penelitian siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran (IPS), karena kebanyakan siswa masih menganggap bahwa mata pelajaran IPS membosankan, hanya mencatat, mendengarkan dan menghafal sehingga motivasi siswa untuk belajar menurun. Saat pembelajaran mata pelajaran IPS berlangsung guru (peneliti) menjelaskan materi tentang Peran Indonesia di Era Global tidak ditemukan respon dan antusias siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
Bertitik tolak pada masalah itulah maka peneliti mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada dengan penggunaan metode inkuiri sosial, sehingga harapannya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Disamping itu peneliti juga menunjang keberhasilan prestasi siswa dengan memberikan tambahan materi diluar jam pelajaran atau les. Penerapan metode pembelajaran inkuiri sosial diharapkan agar suasana kelas bukan terpusatkan kepada diri pribadi guru melainkan kepada bahan pelajaran melalui peragaan sehingga dapat menciptakan suasana yang interaktif.
Dilihat dari latar belakang dan dari hasil analisis masalah yang terjadi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD tentang materi Peran Indonesia di Era Globalisasi melalui metode inkuiri sosial, maka penulis merumuskan masalah yang akan menjadi fokus dari perbaikan pembelajaran, yaitu “Apakah hasil belajar siswa tentang materi Peran Indonesia di Era Global dapat meningkat setelah menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial bagi siswa?”
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu : 1) Mengembangkan sikap, keterampilan siswa untuk mampu berfikir obyektif memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri; 2) Meningkatkan kepekaan emosi siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, dalam penerapan metode inkuiri sosial; 3) Menemukan dan mengembangkan lebih lanjut instrumen-instrumen pembelajaran yang berkaitan dengan metode inkuiri sosial.
Setelah peneliti melakukan tindakan maka diharapkan mendapat pengetahuan baru tentang upaya peningkatan kemampuan belajar dalam mata pelajaran IPS melalui penggunaan metode inkuiri sosial bagi siswa. Bila masih ada siswa yang belum tuntas maka sebagai guru harus segera mungkin memberikan kegiatan remedial dan sebagai guru juga harus menginstropeksi diri, sehingga pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat bermanfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan perpustakaan.

KAJIAN TEORI
Menurut Robert M Gagne (1977), belajar merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulangkali setiap menghadapi situasi yang baru.
Gagne (1985 : 67) dalam Yayat Ibayati (2008), menyatakan untuk terjadi belajar pada diri peserta didik diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan (arising) memori peserta didik sebagai hasil belajar terdahulu. Memori peserta didik yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru, dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran.
Menurut Solchan (2008), belajar layaknya sebuah proses membangun gedung, anak-anak secara terus-menerus membangun makna baru (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) berdasarkan apa yang telah siswa kuasai sebelumnya. Belajar adalah sebuah proses penambahan bagian demi bagian informasi baru terhadap apa yang telah siswa ketahui dan kuasai sebelumnya. Keberhasilan pembelajaran tidak terletak pada seberapa banyak materi atau informasi yang disampaikan guru kepada siswa, tidak semua hal yang disampaikan guru akan diperhatikan dan dipelajari siswa. Ukuran utama keberhasilan pembelajaran terletak pada seberapa jauh guru dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Siswa belajar dengan menggunakan 3 cara, yaitu melalui pengalaman (dengan kegiatan langsung/tidak langsung), pengamatan (melihat contoh/model), dan bahasa. Dengan cara-cara itu, siswa belajar melalui kehidupan dengan menggali dan menemukan sesuatu yang baru secara aktif, ini berarti kegiatan belajar berlangsung melalui apa yang dilakukan secara aktif oleh siswa. Sesibuk apa pun yang dilakukan guru jika anak tidak belajar maka sebenarnya pembelajaran tidak pernah terjadi, oleh karena itu tugas guru dalam pembelajaran adalah melakukan berbagai upaya agar siswa termotivasi dan terlibat aktif dalam belajar.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2008), IPS sebagai pendidikan bukan hanya semata-mata membekali anak didik dengan pengetahuan yang membebani siswa, melainkan membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPS juga berfungsi : 1) Mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan intelektual; 2) Mengembangkan perhatian dan kepedulian sosial anak didik terhadap kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat; Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna, ketrampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata-mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama dalam arti yang seluas-luasnya.
Menurut Andayani (2008), Proses pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar yang ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Proses pembelajaran sebagai proses implementasi kurikulum, menuntut peran guru untuk mengartikulasikan kurikulum/bahan ajar serta mengembangkan dan mengimplementasikan program pembelajaran dalam suatu tindakan yang akurat dan aktual. Proses pembelajaran di sekolah dasar harus bersifat terpadu dengan perkembangan fisik kognitif, sosial, moral, dan emosional. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata-mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama dalam arti yang seluas-luasnya. Sedangkan menurut Sardjiyo (2008:1.26), IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.
Menurut Didih Sugandi (2008), pendidikan dan pengajaran IPS masyarakat sebagai suatu sistem dapat dijadikan sebagai suatu paket kegiatan pembelajaran. Pengajaran IPS diantaranya bertujuan untuk mengenalkan para siswa terhadap lingkungannya dalam membentuk warga negara yang baik. Berkaitan dengan pengenalan siswa terhadap lingkungan maka kegiatan IPS dapat dimulai dari lingkungan yang terdekat sampai terjauh. Sebagai ilmu pengetahuan yang menelaah antara hubungan manusia (human relationships) yang mencakup hubungan individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, serta kelompok dengan alam maka IPS akan potensial di dalam mengkaji permasalahan yang dapat muncul dari sebab yang ditimbulkan dalam berbagai hubungan antar manusia.
Menurut Hari Suderadjat (2004:45), inkuiri (inquiry) adalah merupakan salah satu dari model pembelajaran kontekstual yang menekankan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian sendiri dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Dalam pelaksanaan metode mengajar inkuiri sosial siswa diatur dalam bentuk struktur sosial. Siswa akan membentuk sistem sosial yang berubah dan bergerak dari tahap yang satu ke tahap berikutnya. Siswa berusaha menemukan jawaban sendiri atas masalahnya. Inkuiri adalah salah satu cara belajar yang bersifat mencari sesuatu secara kritis, analitis, argumental (ilmiah) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data. Metode inkuiri sosial berangkat dari kenyataan bahwa siswa sering menghadapi masalah-masalah sosial. Fungsi sekolah selain memecahkan masalah sosial juga memelihara dan menjaga nilai-nilai sosial.  Metode inkuiri sosial perlu dikembangkan mengingat proses-proses sosial akan dialami oleh anak didik sehingga kegiatan belajar mengajar harus membantu anak didik untuk mengembangkan kemampuan hubungan dengan masyarakat dan mampu mengadakan hubungan antar pribadi. Terdapat 3 ciri pokok metode inkuiri sosial sebagai berikut : 1) Adanya aspek-aspek sosial dalam kelas yang dapat menumbuhkan terciptanya suasana diskusi; 2) Adanya penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah; 3) Adanya fakta-fakta sebagai bahan pembuktian hipotesis. Ketika proses inkuiri sosial berlangsung guru harus berperan sebagai pembimbing. Dalam membimbing siswa, guru janganlah sebagai pemberi perintah akan tetapi guru sebagai motivator dan reflektor. Kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai pembimbing adalah sebagai berikut : 1) Memberikan bantuan kepada siswa dalam menjelaskan kedudukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar; 2) Memberikan penjelasan tentang cara-cara belajar yang harus dilakukan siswa; 3) Memberikan penjelasan tentang cara-cara menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan; 4) Membantu siswa dalam merumuskan setiap istilah yang ada pada hipotesis; 5) Membantu siswa dalam memilih dan menyusun asumsi-asumsi yang akan digunakan serta cara diskusi dan berfikir efektif dan objektif.
Menurut Suchman dalam B. Joyce and M. Weil (1964), istilah inkuiri dalam pembelajaran yaitu sebagai pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, dan cara belajar. Inkuiri sebagai suatu cara belajar atau penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analitis-argumentatif dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh fakta, data, atau argumentasi. Kegiatan pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan. Namun demikian, guru harus memiliki kepekaan terhadap tingkat kemampua siswa. Siswa pada setiap jenjang pendidikan memiliki tingkat perkembangan yang berbeda sehingga masalah yang diajukan dalam pembelajaran inkuiri harus disesuaikan dengan tingkat intelektual siswa, baik tingkat kesulitannya maupun keluasannya. Pembelajaran inkuiri ini dapat dimulai dari mengajukan pertanyaan yang sifatnya mengandung permasalahan, atau dengan kata lain yang bersifat inkuiri.
Oemar Hamalik (2003), menjelaskan, asumsi-asumsi yang mendasari metode inkuiri adalah sebagai berikut : 1) Keterampilan berpikir kritis dan berpikir dedukatif sangat diperlukan pada waktu mengumpulkan evidensi yang dihubungkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan oleh kelompok; 2) Keuntungan para siswa dari pengalaman-pengalaman kelompok di mana mereka berkomunikasi, berbagai tanggung jawab dan bersama-sama mencari pengetahuan; 3) Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam semangat berbagi inquri menambah motivasi dan memajukan partisipasi aktif. Adapun syarat-syarat penerapan metode inkuiri adalah : 1) Merumuskan topik inkuiri dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa; 2) Membentuk kelompok yang seimbang, baik akademik maupun sosial; 3) Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktunya; 4) Sekali-kali perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antar pribadi yang sehat dan demi kemajuan tugas; 5) Melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai.
Menurut Karli Hilda (2002), menjelaskan pembelajaran inkuiri dengan suatu peristiwa yang menimbulkan teka-teki kepada siswa. Hal ini dilakukan guru agar siswa termotivasi untuk mencari pemecahannya. Pada hakikatnya pembelajaran inkuiri berangkat dari suatu peristiwa yang mendorong siswa untuk mengetahuinya lebih detail yang berupa masalah/suatu objek. Kelebihan Metode Inkuiri : 1) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk hasil akhir; 2) Perkembangan cara berfikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan/memperoses keterangan dengan metode inkuiri dapat dikembangkan seluas-luasnya; 3) Dapat melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi. Kelemahan metode inkuiri : 1) Belajar mengajar dengan metode inkuiri memerlukan kecerdasarn anak yang tinggi. Bila anak kurang cerdas, hasilnya kurang efektif; 2) Metode inkuri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda.
Pada skema pelaksanaan penelitian tindakan kelas berdasarkan kerangka berfikir, untuk memberikan pedoman tahapan pembelajaran yang diserap siswa dengan langkah-langkah antara lain : Siklus Awal : selama pelaksanaan proses ulangan pembelajaran IPS berlangsung selama 3 kali tetapi perolehan hasil belajar siswa masih di bawah KKM. Siswa masih terlihat kurang antusias dan merasa bosan/jemu dikarenakan guru (peneliti) hanya menerangkan di depan kelas sedangkan siswa duduk terdiam untuk mendengarkan sehingga tidak ada umpan balik antar siswa dengan guru, suasana kelas selama penyampaian pelajaran terlihat tidak kondusif. Metode yang digunakan adalah ceramah dengan pembelajaran secara klasikal, sehingga hanya terjadi interaksi satu arah. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan perubahan kearah yang lebih baik dengan cara merancang penggunaan metode pembelajaran mata pelajaran IPS di SD dengan penerapan metode inkuiri sosial, sehingga diharapkan dapat menghidupkan perhatian imajinasi dan menciptakan suasana kelas yang interaktif antar guru dengan siswa. Tindak lanjut pada Siklus II menerapkan pemantapan hasil yang dicapai siswa dengan didukung alat peraga yang memadai sehingga dalam kegiatan pembelajaran dapat tercapai hasil belajar diatas ketuntasan minimal.
Istilah globalisasi berkaitan erat dengan “Globe”.Globe adalah tiruan bola bumi.sehubungan dengan hal tersebut akhirnya muncul istilah glonalisasi.globalisasi berasal dari kata “global” yaitu artinya meliputi seluruh dunia atau secara keseluruhan.globalisasi adalah suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia dapat  menjangkau satu dengan yang lain atau terhubung daalam semua aspek kehidupan baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, teknologi, maupun lingkungan. Dengan adanya globalisasi dunia yang begitu luas dan jarak antar negara yang jauh tidak lagi menjadi penghalang untuk saling berhubungan. Kita menjadi warganegara yang saling bergantung kepada warga dunia lainnya .berbagai peristiwa yang terjadi diberbagai belahan dunia manapun dapat diketahui dan disaksikan dengan mudah dibelahan dunia yang lain; sebagai contoh perhelatan pertandingan Olimpiade 2012 yang dilakssanakan di London,Inggris.dapat disaksikan langsung oleh pecinta olahraga di seluruh dunia melalui siaran langsung di televisi. Terjadinya Globalisasi karena di tunjang oleh beberapa faktor berikut : a) Perkembangan teknologi informasi; b) Perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi; c) Perkembangan dan kemajuan teknologi transportasi. Sebagai contoh penemuan telepon, pesawat, satelit, komputer, dan internet memungkin akan orang, barang, dan juga informasi dibawa dengan cepat keseluruh penjuru dunia. Semua orang yang ada didunia dapat membaca dan mengetahui berita yang sama, menonton film yang sama, memakai baju dengan model yang sama, bahkan memakan jenis makanan yang sama .seperti itulah kurang lebihnya proses globalisasi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.


METODE PENELITIAN
Dalam penelitian waktu yang dilakukan peneliti adalah selama 4 bulan (Januari-April 2014) pada semester II Tahun pelajaran 2013/2014. Pada bulan Januari dilakukan peneliti untuk menyusun proposal, pada bulan Februari sampai dengan Maret peneliti melakukan penyusunan instrumen dan pengumpulan data dengan melakukan tindakan, siklus kesatu dan kedua dilanjutkan dengan menganalisis data, pada bulan April digunakan peneliti untuk menyusun laporan hasil penelitian.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka subyek penelitian yang dipakai adalah siswa SD. Untuk mendapatkan hasil penelitian, maka data yang diolah adalah : Sumber data primer diperoleh dengan kolaborasi teman sejawat dan dengan menggunakan metode pembelajaran IPS dengan penerapan metode inkuiri sosial sehingga hasil penelitian berupa rata-rata nilai ulangan harian dapat meningkat di atas nilai KKM yang telah ditetapkan sekolah. Sebagai penunjang keberhasilan dengan pemanfaatan alat peraga (media) berupa : gambar perkembangan teknologi, komunikasi, transportasi, gaya hidup dan penampilan. Sumber data sekunder yang diperoleh dengan cara studi pustaka, yaitu melalui litelatur dari buku, karya tulis ilmiah dan jurnal penelitian yang kemudian data tersebut diolah secara diskriptif.
Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diperoleh dengan menggunakan teknik test berupa test tertulis dan non test berupa teknik pengamatan. Test tertulis berupa pengumpulan data dengan cara menjawab soal yang berhubungan dengan materi tentang Peran Indonesia di Era Global serta siswa dapat menjelaskan dampak positif dan negatif dari adanya peran globalisasi di Indonesia, sedangkan non test berupa teknik pengamatan langsung dengan mengunjungi tempat-tempat perbelanjaan, restoran dan tempat-tempat hiburan, sehingga siswa dapat menikmati fasilitas-fasilitas yang tersedia dengan peralatan canggih dan memadai.
Teknik Pengumpulan Data meliputi : 1) Tes : dimulai dengan pelaksanaan tes awal untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana bahan pelajaran dan materi tentang peran Indonesia di era global yang akan dipelajari sudah dikuasai oleh siswa) Observasi : dengan menemui siswa yang mengalami kesulitan menjawab soal saat ulangan harian IPS berlangsung, dari hasil observasi ini secara individual maka peneliti dengan berkolaborasi dengan guru kelas IV dan V untuk memberikan bimbingan secara interaktif, sehingga siswa dapat termotivasi belajar demi memperoleh nilai rata-rata ulangan harian ideal. Observasi dilakukan jika data yang diperoleh kurang merefleksikan informasi yang diinginkan dan format observasi hendaknya menuntut sedikit mungkin pencatatan dari pengamat. 3) Wawancara : wawancara terbatas sebagai penunjang bentuk penilaian alternatif. Fungsi pedoman wawancara adalah memberikan tuntunan dalam mengkomunikasikan secara langsung pertanyaan-pertanyaan terhadap responden (siswa SD). 4) Lembar observasi : Peneliti secara obyektif memilih dengan cepat dan memberi tanda check list pada lembar observasi dengan tujuan untuk merefleksikan perilaku tanpa diketahui oleh responden (siswa) yang bersangkutan.
Analisis data yang digunakan adalah deskriptif komperatif artinya membandingkan hasil belajar siklus awal dengan siklus I, siklus I dengan siklus II, siklus awal dengan siklus I dan siklus akhir yang dilanjutkan dengan refleksi. Analisis data peneliti lakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil belajar siswa.
Peneliti menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial pada pelajaran IPS dengan alasan : 1) Adanya penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah dan fakta-fakta sebagai bahan pembuktian hipotesis; 2) Siswa telah mengenal atau mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran IPS; 3) Yang dianjurkan berupa keterampilan komunikasi antar pribadi, sikap, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan; 4) Guru mempunyai keterampilan mendengarkan yang baik, fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan, serta sabar; 5) Waktu yang tersedia cukup panjang.

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Siklus Awal
Pelaksanaan pada siklus I masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran IPS, karena kebanyakan siswa masih menganggap bahwa mata pelajaran IPS membosankan, hanya mencatat, mendengarkan dan menghafal sehingga motivasi siswa untuk belajar menurun. Saat guru memberikan pertanyaan pembelajaran pada siswa tentang materi peran Indonesia di era globalisasi, maka tidak ditemukan respon dan antusias siswa, karena dalam menyampaikan materi masih klasikal menggunakan metode ceramah.
Bila dicermati pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini, masih banyak yang dikelola secara klasikal. Artinya semua peserta didik diperlakukan sama oleh guru. Pembelajaran klasikal merupakan pembelajaran yang paling disenangi oleh guru karena cara ini mudah dilaksanakan.
Pengamatan hasil belajar pada siklus awal selama dilakukan post tes dengan mengerjakan soal ulangan selama 3 kali untuk mata pelajaran IPS pada siklus I bagi siswa pada semester II Tahun pelajaran 2013/2014, masih diperoleh hasil kurang memuaskan seperti yang tertera pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus Awal

No.

Uraian
Nilai
Terendah
Tertinggi
Rata-rata
1.
Ulangan Harian 1
55
65
58
2.
Ulangan Harian 2
60
73
65
3.
Ulangan Harian 3
62
75
69
Nilai Rata-rata
64

Guru (peneliti) mengadakan refleksi, ternyata kebanyakan siswa di kelas tersebut mengalami sindrom rasa kurang percaya diri. Masih diperlukan tindakan untuk meningkatkan hasil refleksi pada siklus Awal, seperti yang dipaparkan pada tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2
Pembelajaran Siklus Awal
No
Uraian        
Kondisi Awal
Refleksi
1.
Proses Pembelajaran
Metode pembelajaran masih menggunakan  metode ceramah 
Diperlukan perubahan metode pembelajaran
dalam mata pelajaran IPS
2.
Hasil Belajar
Nilai Ulangan Harian
Terendah  : 55
Tertinggi  : 75
Rata-rata  : 64
Rata-rata hasil belajar pada siklus I hanya 64 dan itu berarti masih jauh dari harapan

Deskripsi Siklus I
Pada pelaksanaan tindakan siklus I keaktifan siswa mulai terlihat dengan adanya interaktif komunikasi dua arah antar guru dan siswa yaitu sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar. Metode pembelajaran yang digunakan pada pelaksanaan siklus I menggunakan inkuiri sosial. Penerapan suatu metode pembelajaran perlu mengingat hal-hal : (1) karakteristik mata pelajaran yang dipelajari; (2) tujuan pembelajaran, atau kompetensi yang hendak dicapai oleh siswa dalam pembelajaran tersebut; (3) pengetahuan awal siswa; (4) alokasi waktu yang tersedia; (5) jumlah siswa dan (6) pengalaman atau keterampilan guru dalam membawakan metode tersebut.
Menurut hemat peneliti, metode inkuiri sosial cocok untuk diterapkan membelajarkan siswa kelas VI dalam mata pelajaran IPS, penerapan metode ini akan menambah pengalaman dan keterampilan guru dalam bidang penerapan metode pembelajaran yang bervariasi. Langkah-langkah berpikir sistematis dalam metode inkuiri adalah : (1) menemukan dan identifikasi pertanyaan, (2) penentuan sumber data (3)  pengumpulan data (4) perumusan jawaban pertanyaan.
Dengan melaksanakan metode inkuiri diharapkan siswa akan dapat (1) menemukan jawab atas pertanyaan secara lebih bermakna, (2) menimbulkan emosi positif, seperti rasa percaya diri, puas dan bahagia, (3) menerbitkan sikap positif atas inisiatif sendiri terhadap jawab atas perrmasalahan. Perolehan hasil belajar pada siklus I mengalami peningkatan, berikut ini tabel 3 tentang rekapitulasi hasil belajar pada siklus I :
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I

No.

Uraian
Nilai
Terendah
Tertinggi
Rata-rata
1.
Ulangan Harian 1
70
80
74
2.
Ulangan Harian 2
73
87
78
3.
Ulangan Harian 3
76
90
81
Nilai Rata-rata
78

Terjadi peningkatan pada siklus I yaitu kemampuan berfikir lebih cepat bila dibandingkan dengan siklus awal, ditinjau data yang diperoleh terdapat peningkatan seperti yang dijelaskan pada tabel 4, sebagai berikut :
Tabel 4
Pembelajaran Siklus I
No
Uraian
Siklus I
Refleksi
1.
Proses Pembelajaran
Penerapan metode inkuiri sosial selama proses pembelajaran berlangsung siswa mulai aktif dan semangat mengikuti pelajaran
Ketepatan perbahan metode pembelajaran
mampu mempengaruhi hasil perolehan nilai.
2.
Hasil Belajar
Nilai Ulangan Harian  
Terendah : 70
Tertinggi : 90
Rata-rata : 78
Terjadi peningkatan hasil belajar  14 %

Deskripsi Siklus II
Keberhasilan pada siklus II hasil belajar siswa dapat melebihi nilai ketuntasan pada mata pelajaran IPS. Dengan kreativitas guru (peneliti) mampu memilih kata-kata, kalimat atau ungkapan yang bersifat afirmatif (dapat menggugah dan menggelorakan semangat belajar tinggi). Guru juga hendaknya memberikan bimbingan kepada siswa agar mampu memperbaiki kekurangannya atau meningkatkan penguasaan terhadap materi yang telah disampaikan.Secara lebih lengkap hasil rata-rata akhir ulangan harian dan pembelajaran pada siklus II dapat dijabarkan, sebagai berikut :
Tabel 5
Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II

No.

Uraian
Nilai
Terendah
Tertinggi
Rata-rata
1.
Ulangan Harian 1
80
94
86
2.
Ulangan Harian 2
84
98
90
3.
Ulangan Harian 3
88
100
94
Nilai Rata-rata
90

Tabel 6
Pembelajaran Siklus II
No
Uraian
Siklus II
(Kondisi Akhir)
Refleksi
1.
Proses Pembelajaran
Kegiatan diskusi kelompok memecahkan masalah atau persoalan kasus perkembangan globalisasi yang terjadi di Indonesia
Antusias siswa dan Kemampuan berfikir lebih cepat bila dibandingkan siklus I dan siklus II
2.
Hasil Belajar
Nilai UH
Terendah :80
Tertinggi : 100
Rata-rata : 90
Mengalami peningkatan prestasi nilai rata-rata hingga 26 %
Hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 3 Tanggel mata pelajaran IPS materi tentang Peran Indonesia di Era Global dari siklus awal ke siklus II mengalami peningkatan 26 %, untuk lebih jelasnya perolehan hasil belajar siswa dipaparkan pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 7
Hasil Belajar Siswa
Siklus Awal
Siklus I
Siklus II
(Kondisi Akhir)
Refleksi
Nilai UH
Terendah  : 55
Tertinggi  : 75
Rata-rata  : 64
Nilai UH
Terendah : 70
Tertinggi : 90 
Rata-rata : 78
Nilai UH
Terendah : 80
Tertinggi : 100
Rata-rata : 90
Dari siklus I ke kondisi akhir mengalami peningkatan 26 %

PEMBAHASAN
Bila dicermati pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini, masih banyak yang dikelola secara klasikal. Artinya semua peserta didik diperlakukan sama oleh guru. Pembelajaran klasikal merupakan pembelajaran yang paling disenangi oleh guru karena cara ini mudah dilaksanakan. Pada pembelajaran klasikal umumnya komunikasi terjadi searah, yaitu dari guru ke peserta didik, dan hampir tidak terjadi sebaliknya. Saat guru memberikan pertanyaan pembelajaran pada siswa tentang materi peran Indonesia di era globalisasi, maka tidak ditemukan respon dan antusias siswa, karena dalam menyampaikan materi masih klasikal menggunakan metode ceramah, tanpa diselingi dengan interaktif bercerita sehingga siswa menjadi bosan.
Pengamatan hasil belajar pada siklus awal selama dilakukan post tes dengan mengerjakan soal ulangan selama 3 kali untuk mata pelajaran IPS pada siklus I bagi siswa kelas VI SD Negeri 3 Tanggel pada semester II Tahun pelajaran 2013/2014, masih diperoleh hasil kurang memuaskan.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I guru (peneliti) meminta siswa untuk duduk berpasang-pasangan dengan teman yang telah ditentukan, selanjutnya guru (peneliti) menjelaskan tentang gambar/foto tentang adanya pengaruh globalisasi bagi kehidupan. Pembentukan tim sebaiknya dipilih kelompok siswa dengan kemampuan heterogen dengan harapan siswa lebih dapat bekerjasama antara satu dengan yang lain. Salah satu alternatif pembentukan tim agar diperoleh kelompok siswa dengan kemampuan heterogen dan seimbang kemampuannya antara kelompok satu dan lainnya adalah berdasarkan ranking (nilai) siswa.
Dengan dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) keberhasilan dalam pembelajaran itu ditunjukan oleh siswa, dari siklus awal sampai siklus II mengalami peningkatan dari mulai hasil nilai, kreatifitas siswa maupun antusias siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah terlihat keaktifan dalam pembelajaran yang merupakan segala kegiatan yang melibatkan aktifitas mental dan fisik. Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran tersebut. Secara psikologi pada Siklus II siswa lebih percaya diri karena mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru serta adanya keberanian siswa untuk tampil di depan kelas mempresentasikan hasil kerjanya.


PENUTUP             
Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berlangsung 4 bulan (Januari-April 2014) dan mengalami perubahan yang menuju peningkatan 26 % yaitu sebelumnya pada siklus awal nilai rata-rata akhir hanya 64 setelah dilakukan tindakan penelitian dengan menggunakan metode inkuiri sosial maka pada siklus I nilai rata-rata akhir kelas terjadi peningkatan yaitu 78 dan hasil akhir pada siklus II setelah dilakukan pemanfaatan media pembelajaran IPS dalam materi tentang Peran Indonesia di Era Global, maka berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil rata-rata akhir nilai ulangan harian menjadi 90.
Mata pelajaran IPS bagi kelas VI SD Negeri 3 Tanggel pada semester II Tahun pelajaran 2013/2014 materi tentang Peran Indonesia di Era Global, supaya lebih menarik dan siswa akan termotivasi mengikuti pelajaran maka ditunjang dengan pemanfaatan media pembelajaran, serta diberikan les tambahan agar siswa lebih giat lagi dalam belajar.
Pembelajaran IPS melalui metode inkuiri social penting dilaksanakan dalam pembelajaran karena melalui kegiatan pembelajaran maka siswa dilatih disiplin intelektual dan keterampilan mencari jawaban atas rasa ingin tahu dan merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, guru memiliki tugas untuk mengembangkan potensi tersebut melalui kegiatan pembelajaran, rasa ingin tahu sebagai potensi siswa dapat teraktualisasikan melalui pertanyaan yang memotivasi siswa untuk mencari jawabannya. Dengan memahami konsep dasar mata pelajaran IPS dengan benar, siswa dapat memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari baik sekarang maupun yang akan datang.

Saran
Kegiatan ini sebaiknya tidak hanya dikembangkan untuk satu kelas dan satu pokok bahasan saja, tetapi supaya bisa dikembangkan untuk semua kelas dan semua pokok bahasan. Faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap penelitian dapat dikembangkan metode penelitian lebih lanjut. Kepada guru hendaknya berusaha menciptakan kondisi siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan metode dan media secara optomal. Selain itu dalam apersepsi guru harus dapat memotivasi siswa dan dapat mengarahkan siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Kepada siswa diharapkan mempunyai motivasi yang timbul dari diri sendiri sehingga dapat menumbuhkan kemampuan untuk memahami suatu permasalahan dalam mata pelajaran IPS yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar terutama dalam pelajaran IPS. Kepada petugas perpustakaan sekolah hendaknya menyebarluaskan dan mensosialisasikan hasil-hasil penelitian yang disimpan di perpustakaan kepada guru maupun siswa.
 
DAFTAR PUSTAKA
 Andayani. 2008. Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta. Penerbit : Universitas Terbuka.
Gagne, Robert M. (1977). The Condition of Learning. New York : Holt Rinehart and Winston.
Goleman. (1996). Emotional Intelligence. Jakarta : Gramedia.
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibayati., Yayat. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam: SD/MI Kelas VI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Jerolimek, J. (1971). Social Studies in Elementary Education. New York : Macmillan Publishing Company.
Joyce, B & Weil,M. (1964). Models of Teaching. New Jersey : Prentice Hall, Inc.
Solchan. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta. Penerbit : Universitas Terbuka.
Suderadjat, Hari. (2004). Implementasi KBK. Jakarta: Pustaka Widya Sarana.
Sugandi, Didih. (2008). Masalah Sosial Budaya dalam Pengajaran IPS. Jakarta. Penerbit : Universitas Terbuka.
Sumaatmadja, Nursid. (2008). Konsep Dasar IPS. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Yusuf, S. (1993). Dasar-dasar Pembinaan Kemampuan Proses Belajar Mengajar. Bandung : Adira.

Popular posts from this blog

SENI TARI TRADISIONAL PULAU SEMAU

Wahana Mencari Jodoh Hingga Memupuk Persaudaraan "Pulau Semau" di NTT_____; ''Li Ngae'' tak sekadar tarian tradisional yang dipentaskan untuk memeriahkan setiap seremoni adat Helong. Lebih dari itu, "Li Ngae" ternyata jadi wahana mencari jodoh bagi kawula muda suku Helong di Pulau Semau. SEIRING dengan perkembangan jaman, Tari "Li Ngae" pada era 1970-an sering dipentaskan pada seremoni adat Helong maupun setiap musim panen jagung. "Li Ngae" biasanya digelar oleh orang yang hasil panen jagung-nya melimpah. Itulah sebabnya Tarian Tradisional ini tergolong cukup mahal karena untuk menggelarnya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

LUMUT (Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Siklus dan Manfaat Lumut)

1. Pengertian Lumut (Bryophyta) Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan telah mendiami bumi semenjak kurang lebih 350 juta tahun yang lalu. Pada masa sekarang ini Bryophyta dapat ditemukan disemua habitat kecuali di laut (Gradstein,2003).

Seni Tari "Li Ngae" Kembali Dilestarikan Setelah Nyaris Ditelan Zaman

PAGELARAN FESTIVAL SENI TARI ''LI NGAE'' Di Pantai Otan Pulau Semau Setelah nyaris ditelan hiruk pikuk zaman, Li Ngae sebagai tarian khas suku etnis Helong, muncul kembali dalam sebuah pagelaran lomba di Pulau Semau. Nusa Bungtilu pun tersenyum melihat Li Ngae kembali dilestarikan anak-anaknya. Seperti apa ceritanya?